Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (KP4) UGM bersama 22 mahasiswa KKN PPM UGM melakukan pendampingan
program pada kelompok tani di Desa Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Ponorogo, Jawa
Timur, selama 2 bulan, pada periode Juli-Agustus 2013. Program yang diusung
adalah Teknologi HQFS (High Quality Feed Suplement- Pakan tambahan berkualitas
tinggi) Sebagai Solusi Permasalahan Rendahnya Kinerja Reproduksi dan Produksi
Susu Sapi Perah serta Teknologi Pengolahan Limbah Kotoran di Koperasi Susu
Sumber Rejeki.
Kepala KP4 UGM, Dr. Cahyono Agus, menyampaikan bahwa
KP4 UGM sebagai unit penunjang Universitas memanfaatkan kegiatan KKN PPM
sebagai bagian mekanisme transfer teknologi tepat guna yang dikembangkan agar
dapat langsung diaplikasikan kepada masyarakat. Program ini didanai dari hibah
IbM (Iptek bagi Masyarakat) yang berasal dari Ditjen Dikti Kemendikbud, yang
dimenangkan oleh KP4 UGM.
Salah satu program pendukung utama adalah pemanfaatan
urine sapi menjadi pupuk cair organik, Penyuluhan dilakukan di tempat Bapak Lono
dan dihadiri oleh 40 warga yang merupakan perwakilan masyarakat dari 4 dusun
yang ada di Pudak Wetan. Masyarakat Pudak Wetan yang mayoritas mempunyai mata
pencaharian sebagai petani dan peternak ruminansia besar sangat berpotensi
untuk pembuatan pupuk cair. Feses yang ada sudah dimanfaatkan menjadi biogas
akan tetapi urin belum termanfaatkan. Urin dengan pengolahan sederhana dapat
diubah menjadi pupuk cair yang nilainya lebih tinggi.
Pembuatan pupuk cair dipandu langsung oleh Prof. Dr.
Ir. Ali Agus, DAA, DEA, Dekan Fakultas Peternakan UGM, menyatakan, “Urin yang
selama ini dianggap limbah sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair
yang kualitasnya dapat diandalkan untuk menggantikan pupuk kimia. Pupuk organik
mempunyai kandungan unsur hara yang lebih lengkap daripada pupuk kimia”.
“Pembuatan pupuk cair dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana. Pupuk cair berbahan dasar urin ini merupakan teknologi yang mudah,
murah dan bermanfaat bagi petani dan peternak”, lanjut beliau. Pupuk cair
dibuat dengan bahan dasar urin, feses, starter, molasses dan air. Pupuk cair
sebanyak 80 liter dibuat dari urin 40 liter dengan campuran sedikit feses, 2
buah nanas sebagai sumber bakteri, molasses 2 liter sebagai sumber makanan
bakteri dan air 35 liter.
Urin dan feses ditaruh di satu drum plastik sedangkan
nanas, molasses dan air dicampur dalam drum yang berbeda. Kedua drum diperam
selama 2 minggu dan diaduk setiap hari. Dua minggu kemudian baru dicampur,
diperam 1 minggu dan pupuk cair siap digunakan.
Masyarakat terlihat antusias dengan adanya pembuatan pupuk cair ini. Katemin, salah satu peserta penyuluhan berharap dengan adanya pembuatan pupuk cair ini akan mengurangi limbah dan dapat mengurangi biaya untuk membeli pupuk kimia. ”Semoga dengan adanya pendampingan dari KKN PPM JTM 011 UGM pengolahan limbah ini dapat terus berkembang dan tidak behenti di tengah jalan”, pungkasnya.
Masyarakat terlihat antusias dengan adanya pembuatan pupuk cair ini. Katemin, salah satu peserta penyuluhan berharap dengan adanya pembuatan pupuk cair ini akan mengurangi limbah dan dapat mengurangi biaya untuk membeli pupuk kimia. ”Semoga dengan adanya pendampingan dari KKN PPM JTM 011 UGM pengolahan limbah ini dapat terus berkembang dan tidak behenti di tengah jalan”, pungkasnya.
gb. Hasil Fermentasi
Penjelasan lebih mendalam mengenai pupuk cair organik (khususnya dari kotoran kambing) dapat di lihat di : http://kimiaindah.wordpress.com/2011/02/24/pupuk-kompos-kotoran-kambing/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar