Rabu, 13 November 2013

KP4 UGM Mendulang emas cair di Desa binaan bersama Mahasiswa KKN PPM



       Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM bersama 22 mahasiswa KKN PPM UGM melakukan pendampingan program pada kelompok tani di Desa Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Ponorogo, Jawa Timur, selama 2 bulan, pada periode Juli-Agustus 2013. Program yang diusung adalah Teknologi HQFS (High Quality Feed Suplement- Pakan tambahan berkualitas tinggi) Sebagai Solusi Permasalahan Rendahnya Kinerja Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Perah serta Teknologi Pengolahan Limbah Kotoran di Koperasi Susu Sumber Rejeki.
       Kepala KP4 UGM, Dr. Cahyono Agus, menyampaikan bahwa KP4 UGM sebagai unit penunjang Universitas memanfaatkan kegiatan KKN PPM sebagai bagian mekanisme transfer teknologi tepat guna yang dikembangkan agar dapat langsung diaplikasikan kepada masyarakat. Program ini didanai dari hibah IbM (Iptek bagi Masyarakat) yang berasal dari Ditjen Dikti Kemendikbud, yang dimenangkan oleh KP4 UGM.
      Salah satu program pendukung utama adalah pemanfaatan urine sapi menjadi pupuk cair organik, Penyuluhan dilakukan di tempat Bapak Lono dan dihadiri oleh 40 warga yang merupakan perwakilan masyarakat dari 4 dusun yang ada di Pudak Wetan. Masyarakat Pudak Wetan yang mayoritas mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan peternak ruminansia besar sangat berpotensi untuk pembuatan pupuk cair. Feses yang ada sudah dimanfaatkan menjadi biogas akan tetapi urin belum termanfaatkan. Urin dengan pengolahan sederhana dapat diubah menjadi pupuk cair yang nilainya lebih tinggi.
     Pembuatan pupuk cair dipandu langsung oleh Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA, Dekan Fakultas Peternakan UGM, menyatakan, “Urin yang selama ini dianggap limbah sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair yang kualitasnya dapat diandalkan untuk menggantikan pupuk kimia. Pupuk organik mempunyai kandungan unsur hara yang lebih lengkap daripada pupuk kimia”.
“Pembuatan pupuk cair dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Pupuk cair berbahan dasar urin ini merupakan teknologi yang mudah, murah dan bermanfaat bagi petani dan peternak”, lanjut beliau. Pupuk cair dibuat dengan bahan dasar urin, feses, starter, molasses dan air. Pupuk cair sebanyak 80 liter dibuat dari urin 40 liter dengan campuran sedikit feses, 2 buah nanas sebagai sumber bakteri, molasses 2 liter sebagai sumber makanan bakteri dan air 35 liter.
     Urin dan feses ditaruh di satu drum plastik sedangkan nanas, molasses dan air dicampur dalam drum yang berbeda. Kedua drum diperam selama 2 minggu dan diaduk setiap hari. Dua minggu kemudian baru dicampur, diperam 1 minggu dan pupuk cair siap digunakan.
Masyarakat terlihat antusias dengan adanya pembuatan pupuk cair ini. Katemin, salah satu peserta penyuluhan berharap dengan adanya pembuatan pupuk cair ini akan mengurangi limbah dan dapat mengurangi biaya untuk membeli pupuk kimia. ”Semoga dengan adanya pendampingan dari KKN PPM JTM 011 UGM pengolahan limbah ini dapat terus berkembang dan tidak behenti di tengah jalan”, pungkasnya. 

 gb. Hasil Fermentasi
Penjelasan lebih mendalam mengenai pupuk cair organik (khususnya dari kotoran kambing) dapat di lihat di : http://kimiaindah.wordpress.com/2011/02/24/pupuk-kompos-kotoran-kambing/

Sumber : http://kp4.ugm.ac.id/?p=193

Wismayanti G (12958)



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML